Tidak Hanya Patrick Kluivert, Para Staff Juga Dicepat!
Tidak Hanya Patrick Kluivert, Para Staff Juga Dicepat! Siang ini, 16 Oktober 2025, PSSI menggebrak dengan pengumuman pemutusan kerja sama tak hanya dengan pelatih kepala Patrick Kluivert, tapi juga seluruh jajaran staf kepelatihannya. Keputusan ini melibatkan tim asal Belanda yang menangani Timnas senior, U-23, dan U-20, pasca-kegagalan skuad Garuda lolos Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Kluivert, yang ditunjuk Januari lalu, dan stafnya seperti Gerald Vanenburg sebagai asisten, kini resmi out melalui mutual termination yang disepakati kedua belah pihak. Langkah tegas ini bagian dari evaluasi mendalam Erick Thohir, yang sebut dinamika internal jadi salah satu pemicu. Di tengah penurunan ranking FIFA ke 122, pemecatan massal ini buka babak baru regenerasi, meski tinggalkan kekosongan arahan untuk turnamen mendatang. BERITA VOLI
Jajaran Staf yang Terkena Dampak: Tidak Hanya Patrick Kluivert, Para Staff Juga Dicepat!
Pemecatan ini tak pandang bulu, menyapu bersih seluruh tim kepelatihan asal Belanda yang direkrut bareng Kluivert. Gerald Vanenburg, mantan pemain Ajax dan asisten utama, jadi korban paling menonjol. Pada 52 tahun, Vanenburg handle Timnas U-23 sejak Maret 2025, dengan tanggung jawab taktik dan pengembangan pemain muda. Ia ikut bantu skuad senior di kualifikasi, tapi kritik tajam datang karena adaptasi lambat di laga krusial seperti lawan Irak. Selain itu, staf lain seperti analis data Pieter de Zwart dan pelatih fisik Marco Kana, yang bawa pendekatan Eropa modern, juga terdampak penuh.
Tim ini awalnya diharapkan bawa revolusi: Vanenburg fokus rotasi pemain, de Zwart analisis video lawan, dan Kana tingkatkan stamina via program intensif. Namun, sepanjang sembilan bulan, kontribusi mereka dinilai kurang maksimal, terutama di lini belakang yang kebobolan 12 gol di Ronde 4. PSSI konfirmasi bahwa pemutusan ini berlaku untuk semua level usia, termasuk U-20 yang Vanenburg awasi secara parsial. Total, sekitar lima hingga tujuh orang staf asing ini kini bebas kontrak, tinggalkan skuad tanpa arahan tetap menjelang FIFA Matchday November. Langkah ini mirip pemecatan massal era sebelumnya, tapi kali ini lebih komprehensif untuk hindari gejolak parsial.
Alasan dan Proses Pemutusan Kerja Sama: Tidak Hanya Patrick Kluivert, Para Staff Juga Dicepat!
Proses ini lahir dari diskusi panjang sejak akhir September, setelah kekalahan 1-0 dari Irak matikan mimpi Piala Dunia. PSSI, di bawah Thohir, tekankan bahwa bukan sekadar kegagalan hasil—tiga kemenangan dari delapan laga—tapi juga dinamika internal seperti konflik komunikasi dan adaptasi budaya. Kluivert dan stafnya disebut kesulitan sinkronkan taktik pressing tinggi dengan ritme pemain lokal, plus isu cedera akibat program fisik berat. Pernyataan resmi PSSI sebut ini “kesepakatan hormat” untuk beri ruang regenerasi, dengan kompensasi finansial disiapkan agar tak berlarut.
Thohir langsung umumkan via media sosial siang ini, apresiasi dedikasi staf tapi tegas bahwa Garuda butuh arah baru. Prosesnya cepat: evaluasi exco dua hari lalu, diikuti negosiasi dengan agen Kluivert di Amsterdam. Tak ada pemecatan sepihak, tapi mutual untuk jaga hubungan baik—beda dengan kasus Shin Tae-yong dulu. Alasan ini juga soroti target ambisius kontrak awal: lolos Piala Dunia dan top 100 FIFA, yang kini jauh dari kenyataan. Pakar sebut, pemecatan staf massal ini langkah bijak untuk reset total, hindari bayang-bayang era lama yang sering bikin tim terpecah.
Dampak Langsung dan Reaksi Pihak Terkait
Dampaknya langsung terasa di seluruh lini. Timnas senior kini tanpa pelatih untuk uji coba November, sementara U-23 dan U-20 kehilangan Vanenburg yang handle persiapan Piala AFF. PSSI buru caretaker sementara, mungkin dari pelatih lokal seperti Indra Sjafri, sambil siapkan pengganti permanen Desember. Pemain seperti Jay Idzes dan Calvin Verdonk, yang adaptasi baik dengan staf Eropa, kini harus sesuaikan lagi—risiko moral tim anjlok jika transisi lambat. Di sisi lain, anggaran PSSI lega karena kontrak staf ini senilai jutaan euro, bisa dialihkan ke pembinaan grassroot.
Reaksi publik campur. Suporter di media sosial mostly lega, dengan tagar #StaffOut tren sejak pengumuman, puji Thohir atas keberanian. “Akhirnya bersih total, ganti yang paham lokal,” tulis salah satu akun populer. Tapi ada kritik: kenapa tak evaluasi lebih awal, seperti saat Ronde 3? Kluivert dan Vanenburg belum komentar resmi, tapi sumber dekat sebut mereka hormati keputusan dan siap lanjut karier di Eropa. Pakar seperti eks pelatih timnas bilang ini peluang emas, asal PSSI hindari impor asing berulang tanpa hasil. Dampak jangka pendek: skuad U-17 Nova Arianto aman, tapi senior butuh stabilitas cepat untuk Piala Asia 2027.
Kesimpulan
Pemecatan Patrick Kluivert beserta stafnya jadi pukulan tegas PSSI untuk bangun ulang Timnas Indonesia. Dari Vanenburg hingga analis, kehilangan ini tinggalkan pelajaran berharga soal adaptasi dan komitmen. Meski kosongkan posisi krusial di berbagai level, langkah ini buka pintu regenerasi yang lebih selaras dengan visi lokal. Thohir punya modal suporter yang siap dukung, asal pengganti datang tepat waktu. Garuda kini di persimpangan: belajar dari kegagalan untuk raih target 2030. Yang pasti, sepak bola nasional terus maju, dengan semangat tak pernah pudar.
Post Comment