Man City Masih Belum Pantas Untuk Angkat Trofi
Man City Masih Belum Pantas Untuk Angkat Trofi. Manchester City, juara bertahan Premier League yang biasa angkat trofi, kini jadi bahan omongan karena performa yang bikin geleng-geleng. Di musim 2025/26, tim asuhan Pep Guardiola ini duduk di posisi ketiga klasemen, tertinggal enam poin dari Arsenal dan Liverpool setelah 15 pekan. Kemenangan dramatis 5-4 atas Fulham pada 2 Desember lalu sempat beri harapan, tapi kekalahan mengejutkan 0-1 dari tim lemah seperti Luton Town di laga berikutnya langsung padamkan euforia. Di Liga Champions, meski menang 2-1 di Bernabeu lawan Real Madrid pada 10 Desember, City masih goyah di fase grup. Guardiola akui timnya “belum siap” untuk gelar, dan pengamat sepak bola ramai bilang City belum pantas angkat trofi musim ini. Situasi ini ingatkan era sulit 2021, di mana dominasi mereka sempat pudar sebelum bangkit. TIPS MASAK
Performa Inkonsisten di Liga Domestik: Man City Masih Belum Pantas Untuk Angkat Trofi
Start City di Premier League 2025/26 penuh gejolak. Laga pembuka mereka hajar Wolverhampton 4-0, dengan Erling Haaland cetak dua gol untuk raih kemenangan meyakinkan. Tapi sejak itu, inkonsistensi jadi musuh utama. Dari 15 laga, City raih 10 kemenangan, empat imbang, dan satu kekalahan—tapi kekalahan itu datang di momen salah, seperti kalah tipis dari Luton yang baru promosi. Laga lawan Fulham jadi contoh sempurna: unggul 4-0 di babak pertama lewat gol Haaland, Jeremy Doku, dan dua dari Kevin De Bruyne, tapi biarkan lawan samakan 4-4 sebelum menang 5-4 di injury time. Guardiola kritik lini belakang yang longgar, kebobolan rata-rata 1,5 gol per laga—tertinggi sejak 2019. Musim lalu City tak terkalahkan di kandang, tapi kini mereka kehilangan enam poin dari laga rumah, termasuk imbang lawan tim papan tengah. Inkonsistensi ini bikin poin mereka stuck di 34, jauh dari rekor 91 poin musim lalu.
Masalah di Lini Belakang dan Cedera Kunci: Man City Masih Belum Pantas Untuk Angkat Trofi
Lini belakang City jadi lubang hitam musim ini. Ruben Dias, andalan pertahanan, absen sejak Oktober karena cedera lutut, dan penggantinya seperti Manuel Akanji sering ceroboh. Di laga Fulham, City kebobolan empat gol dalam 20 menit, tunjukkan betapa rapuhnya marking bola mati—mereka sudah kebobolan 12 gol dari set piece, terbanyak di liga. Rodri, pivot tengah krusial, juga cedera hamstring parah yang bikin dia absen 10 laga, ganggu keseimbangan tim. Haaland tetap ganas dengan 12 gol, tapi tanpa Rodri, transisi belakang ke depan jadi lamban, passing akurasi turun jadi 85 persen. Guardiola coba rotasi dengan John Stones di tengah, tapi hasilnya campur aduk—tim kalah duel udara 60 persen lawan tim fisik. Cedera ini tambah beban, karena skuad City tipis di bek tengah, dan kedatangan bek baru musim panas gagal adaptasi cepat.
Tekanan di Liga Champions dan Kompetisi Lain
Di Eropa, City tampil lebih baik tapi belum meyakinkan. Menang 2-1 atas Real Madrid di Bernabeu jadi sorotan, dengan Nico O’Reilly samakan skor cepat dan penalti Haaland di babak pertama. Tapi sebelumnya, mereka kesulitan lawan tim seperti Napoli, imbang 1-1 di kandang. Di fase grup, City duduk di posisi kedua dengan 10 poin dari lima laga, tapi selisih gol tipis bikin tekanan naik—kalah sekali lagi bisa ancam peringkat. Di EFL Cup, mereka tersingkir dini usai kalah adu penalti lawan tim Championship, sementara FA Cup baru mulai Januari. Guardiola bilang jadwal padat bikin rotasi sulit, tapi pengamat sebut ini soal mental: City sering unggul tapi gagal jaga lead, seperti di Fulham. Tekanan ini mirip musim 2023, di mana mereka juara treble, tapi kini tanpa Treble, fokus liga domestik goyah.
Dampak pada Posisi Klasemen dan Harapan Trofi
Dengan tertinggal enam poin, City butuh comeback seperti musim 2012. Arsenal dan Liverpool tak kenal ampun, dengan lini depan mereka lebih tajam. Haaland dan De Bruyne tetap bintang, tapi dukungan dari Phil Foden yang cedera musim panas bikin serangan kurang variatif. Suporter mulai gelisah, terutama setelah kekalahan Luton yang bikin City kehilangan momentum Desember. Guardiola, yang kontraknya habis Juni 2026, hadapi tekanan besar—dia bilang tim “masih belajar” tapi pengamat ramai bilang City belum pantas trofi karena gagal dominasi seperti dulu. Laga lawan Crystal Palace akhir pekan ini jadi ujian: menang telak bisa bangkitkan asa, tapi kekalahan lagi bakal perburuk situasi.
Kesimpulan
Manchester City memang tim hebat, tapi musim 2025/26 ini tunjukkan mereka belum pantas angkat trofi. Dari inkonsistensi liga hingga lubang pertahanan, plus cedera kunci, City tampak jauh dari versi tak terkalahkan. Guardiola punya sejarah bangkit, dan kemenangan Bernabeu beri harapan, tapi tanpa perbaikan cepat, gelar bakal lepas tangan. Musim panjang, dan City bisa balik jadi raja—tapi saat ini, trofi terasa terlalu jauh. Suporter tetap setia, tapi yang pasti, City harus buktikan diri dulu sebelum mimpi besar itu jadi nyata.



Post Comment