Tim Yang Sering Menang Karena Diving

tim-yang-sering-menang-karena-diving

Tim Yang Sering Menang Karena Diving. Diving, atau tindakan pemain sengaja jatuh untuk memancing pelanggaran atau penalti, adalah salah satu aspek kontroversial dalam sepak bola yang kerap memengaruhi hasil pertandingan. Meski teknologi Video Assistant Referee (VAR) pada 2025 telah mengurangi efektivitasnya, beberapa tim masih dianggap memanfaatkan diving sebagai strategi untuk meraih kemenangan. Tim-tim ini, dengan pemain lincah dan cerdas, sering mendapat keuntungan dari amplifikasi kontak untuk memenangkan penalti atau melemahkan lawan. Meskipun diving menuai kritik karena dianggap tidak fair play, taktik ini tetap menjadi bagian dari permainan kompetitif. Artikel ini mengulas tim-tim sepak bola yang sering dikaitkan dengan kemenangan akibat diving, menyoroti strategi mereka, dampaknya, dan persepsi publik hingga Juni 2025.

Manchester United: Spesialis Penalti

Manchester United, klub Premier League, sering dikaitkan dengan kemenangan melalui penalti yang dipicu diving. Pada musim 2019-2020, mereka memenangkan 14 penalti, rekor liga, banyak di antaranya melibatkan Bruno Fernandes dan Marcus Rashford. Hingga Februari 2025, United mencatat 8 penalti di Premier League musim 2024-2025, dengan Fernandes memancing 3 di antaranya, seperti melawan Tottenham pada 2023. Menurut Opta, 20% gol United musim ini berasal dari penalti, tertinggi di liga. Kelincahan Rashford dan kemampuan Fernandes membaca situasi di kotak penalti membuat mereka sering amplifikasi kontak, memaksa wasit atau VAR memberikan penalti. Meski dikritik, strategi ini membantu United finis di empat besar pada 2024.

Paris Saint-Germain: Keunggulan Pemain Lincah

Paris Saint-Germain (PSG) di Ligue 1 juga dikenal memanfaatkan diving, terutama saat Neymar Jr. dan Kylian Mbappé bermain bersama. Pada musim 2020-2021, PSG memenangkan 12 penalti, dengan Neymar memancing 5 melalui dribbling flamboyannya, seperti saat melawan Marseille. Pada 2025, meski Neymar pindah ke Al-Hilal, Mbappé (sebelum ke Real Madrid) dan Ousmane Dembélé melanjutkan tren ini, dengan 6 penalti di Ligue 1 musim ini. Gaya bermain cepat Mbappé, dengan sprint 34 km/jam, sering memaksa bek melakukan kontak yang kemudian dilebih-lebihkan, seperti saat melawan Monaco pada 2023. Keunggulan PSG di liga domestik, dengan 9 kemenangan dari 10 laga pada 2024-2025, sebagian besar didukung oleh penalti strategis.

Liverpool: Taktik di Kotak Penalti

Liverpool, di bawah Jürgen Klopp hingga 2024 dan kini Arne Slot, sering mendapat sorotan karena diving pemain seperti Mohamed Salah dan Diogo Jota. Pada musim 2023-2024, Liverpool memenangkan 10 penalti, dengan Salah memancing 4, termasuk melawan Newcastle pada 2024 ketika ia jatuh setelah kontak ringan. Data Sky Sports menunjukkan bahwa 15% gol Liverpool musim ini berasal dari penalti atau tendangan bebas yang dipicu amplifikasi kontak. Kelincahan Jota dan kemampuan Salah “mengundang” pelanggaran di kotak penalti membuat mereka efektif. Kemenangan 2-1 atas Arsenal pada Oktober 2024, berkat penalti Jota, menegaskan dampak taktik ini pada posisi Liverpool di puncak klasemen.

Real Madrid: Kelincahan Sayap Muda

Real Madrid, raksasa La Liga, juga dikaitkan dengan diving melalui pemain seperti Vinicius Jr. dan Rodrygo. Pada musim 2024-2025, Madrid memenangkan 7 penalti hingga Februari, dengan Vinicius memancing 3, seperti saat melawan Barcelona pada 2024. Dengan 4,1 dribel sukses per laga, Vinicius sering membuat bek seperti Ronald Araújo melakukan pelanggaran atau terpancing kartu kuning, seperti di El Clásico 2023. Menurut Marca, penalti menyumbang 18% gol Madrid musim ini, membantu mereka memimpin La Liga. Meski VAR membatalkan beberapa penalti, kelincahan sayap Madrid tetap memberikan keunggulan, meski menuai kritik dari penggemar lawan.

Dampak dan Persepsi Publik: Tim Yang Sering Menang Karena Diving

Tim seperti Manchester United, PSG, Liverpool, dan Real Madrid menuai manfaat dari diving, dengan penalti dan kartu lawan meningkatkan peluang kemenangan. Namun, taktik ini memicu persepsi negatif. Survei YouGov 2024 menunjukkan bahwa 72% penggemar Premier League menganggap diving merusak integritas, dengan United dan Liverpool sering disebut sebagai pelaku utama. Di media sosial, video diving Salah atau Vinicius viral, memicu debat sengit. VAR pada 2025 telah membatalkan 20% penalti di liga top Eropa, tetapi keputusan ambigu tetap ada. Hukuman seperti kartu kuning untuk diving, seperti yang diterima Jota pada 2024, dan potensi skorsing pasca-laga mulai diterapkan untuk mengurangi praktik ini.

Implikasi untuk Sepak Bola Modern: Tim Yang Sering Menang Karena Diving

Diving mencerminkan sisi kompetitif sepak bola, tetapi juga tantangan etika. Tim-tim ini memanfaatkan kelincahan pemain untuk memenangkan laga, tetapi risiko reputasi dan hukuman VAR mendorong perubahan. Pada 2025, FIFA mempertimbangkan hukuman lebih keras, seperti skorsing otomatis untuk diving berulang. Di Indonesia, penggemar seperti pendukung Persija Jakarta mengkritik diving, menuntut fair play seperti yang ditunjukkan Egy Maulana Vikri. Ke depan, keseimbangan antara strategi dan integritas akan menentukan apakah diving tetap menjadi senjata atau menjadi usang.

Kesimpulan: Tim Yang Sering Menang Karena Diving

Manchester United, PSG, Liverpool, dan Real Madrid adalah tim yang sering menang berkat diving, memanfaatkan kelincahan pemain seperti Fernandes, Mbappé, Salah, dan Vinicius untuk memenangkan penalti dan melemahkan lawan. Pada 2025, penalti menyumbang hingga 20% gol mereka, membantu dominasi di liga masing-masing. Namun, diving memicu kritik karena melanggar fair play dan merusak reputasi, terutama dengan VAR yang semakin ketat. Fenomena ini menunjukkan kompleksitas sepak bola modern, di mana strategi taktis bertemu dengan tuntutan etika, mendorong liga untuk mencari solusi agar permainan tetap adil dan menghibur.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Post Comment